Senin, 24 Oktober 2011

Sangkuriang



Pada suatu hari di negeri parahyangan, terdapat seorang Raja besar dari sebuah keraton yang bernama Raja Sungging Perbangkara sedang berburu di dalam hutan. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Tidak sengaja datanglah seekor babi hutan betina bernama Wayung. Wayung sendiri adalah seorang babi hutan yang sedang bertapa ingin menjadi manusia. Wayung kemudian meminum air seni tadi dan secara ajaib Babi Hutan itupun kemudian hamil dan melahirkan seorang bayi cantik.

Bayi yang sangat cantik itupun kemudian dibawa oleh Raja Sungging ke keraton dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri berniat untuk menjauhi peperangan dengan mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yang bernama Si Tumang.

Pada suatu hari ketika dayang sumbi sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.

Pada saat Sangkuriang sudah beranjak dewasa, dia sangat senang berburu. Sangkuriang adalah seorang pemburu yang sangat hebat. Ditemani oleh si Tumang, dia selalu mendapatkan hewan buruan untuk kemudian dimasak oleh ibunya atau dijual kulit dan dagingnya dipasar.

Namun demikian hingga suatu saat dia sama sekali tidak mendapatkan buruan. Setelah lama berburu dan berkeliling hutan, Sangkuriang tidak melihat hewan buruan satupun. Dia pun berputus asa hingga akhirnya dia melihat babi betina yang sedang berlari. Sangkuriang kemudian berniat mengejarnya namun kali ini si Tumang tidak menurut. Si Tumang tahu bahwa babi betina itu adalah Wayung yang dulu mengandung Dayang Sumbi.

Kesal karena tidak mendapat hewan buruan dan karena si Tumang yang tidak menurut pada hari itu, Sangkuriang bertindak nekat. Dia kemudian membunuh anjing pemburu itu dan kemudian mengambil hatinya untuk diberikan kepada Dayang Sumbi. Ibunya yang tidak tahu bahwa itu adalah hati si Tumang yang tidak lain adalah suaminya kemudian memasak dan memakannya. Setelah itu barulah Dayang Sumbi bertanya tentang keberadaan si Tumang.



Sangkuriang kemudian menceritakan kejadian hari ini dan bahwa dia telah memutuskan untuk menyembelih si Tumang dan membawa hatinya untuk dimakan. Dayang Sumbi pun marah mendengar hal ini. Dia sangat marah karena Sangkuriang telah tega membunuh ayahnya sendiri dan bahkan memakan hatinya. Kemarahan Dayang Sumbi pun memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.

Karena dimarahi oleh ibunya tanpa penjelasan bahwa si Tumang adalah ayahnya, Sangkuriang merasa sangat kecewa. Dia pun kemudian memutuskan untuk pergi mengembara dan meninggalkan ibunya. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sebenarnya sangat menyesali dirinya. Dia saat ini kehilangan si Tumang suaminya dan kehilangan Sangkuriang anaknya sekaligus. Dayang Sumbi kemudian berdoa dan dengan tekunnya bertapa dan hingga saatnya para dewa mendengar kisahnya dan memberinya hadiah. Dayang Sumbi akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.

Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya.

Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Pada malam itu juga Sangkuriang keudian bertapa. Dengan kesaktiannya yang dimilki oleh Sangkuriang, dia kemudian mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.



Begitu pekerjaan itu hampir selesai,Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar